Tidak Berprestasi Yang Penting Kaya Raya
Besarnya angka-angka yang tercantum di dalam raport atau ijazah merupakan tanda yang menunjukan bahwa orang itu berprestasi. Anggapan ini pun hingga sekarang masih memelekat dibenak para orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya. Harapannya tentu mereka ingin anak-anaknya sukses dimasa depan.
Ternyata fakta berbicara lain. Tidak cukup untuk dijadikan jaminan bahwa orang yang berprestasi di sekolah atau di perguruan tinggi akan menuai sukses atau bisa menjadi orang kaya dibandingkan yang tidak berprestasi. Masa iya?
Saya berani menjamin bahwa nilai atau angka besar yang ada didalam raport atau ijazahnya asli, khususnya murid-murid sekarang adalah bukan asli hasil dari jerih payahnya sendiri. Saya tidak mengatakan semuanya seperti itu. Tetapi ada sebagian dari jumlah mereka yang demikian.
Saya yakin seyakin-yakinnya, meskipun ini ditutup-tutupi oleh para Kepala sekolah, guru-guru dan sivitas lain di sekolah, hati kecilnya pasti mengakui, bahwa mereka lah yang bersusah paya bagaimana caranya agar siswa-siswanya meraih nilai minimalnya dapat memenuhi standar kelulusan.
Inilah relialita pendidikan kita saat ini. Pertanyaan yang kemudian muncul dan tinggal menunggu jawabannya adalah? Mungkinkah kejadian ini akan dibiarkan berlarut-larut oleh DIKNAS, pura-pura tidak tahu? Mampukah nilai yang diraih para siswa bisa Asli hasil jerih payah mereka sendiri minimalnya mencapai nilai sesuai standar kelulusan?
Kalau saya boleh berpendapat untuk menjawab sementara pertanyaan pertama dan ini ada kemungkinannya untuk salah, jawabannya adalah Demi menunjukkan kepada dunia bahwa Pendidikan di Indonesia ternyata baik terbukti dengan standar kelulusan yang tinggi, maka realita tadi akan dibiarkan. Dan Pemerintah akan terus meningkatkan standa kelulusan yang lebih tinggi.
Jawaban saya untuk pertanyaan yang kedua dan ini ada kemungkinannya salah juga, jawabannya adalah tergantung! Lho kok..ter gantung…….ya iya lah….masa ya ia dong!
Mengapa saya katakan tergantung. Saya lihat minimal ada 5 faktor yang mempengaruhi meliputi : siswa, sekolah, pemerintah, orang tua, lingkungan.
Siswa : Saya percaya bahwa semua sekolah ingin siswa-siswanya berhasil. Tidak ada satu sekolahpun yang menginginkan siswa-siswa gagal apalagi setelah lulus menjadi sampah masyarakat. Sehingga mereka melakukan apa saja demi mencapai itu semua.
Tetapi ada satu dinding yang perlu didobrak yaitu diri siswa itu sendiri. Siswa sekarang meskipun tidak semuanya, sangat kentara tidak memiliki daya juang dan semangat yang tinggi untuk sekolah yang benar. Semangat bahwa sekolah adalah untuk menggali ilmu nyaris tidak terlihat, maunya nongkrong diwarung atau mall, bolos, dan lainnya. Sekolah seakan penjara bagi mereka.
Yang penting absensi bagus walaupun nitip diabsen ke teman, bisa lulus…..beres. Masalah gimana nanti, itu belakangan. Inilah diantara realita dan pemikiran sebagian siswa-siswa saat ini.
Mengapa ini bisa terjadi ? Beberapa alasan, diantaranya :
Sekolah kurang melakukan program yang sifatnya membina dan memotivasi. Memang kadang kendalanya dari dana. Dan memang hal ini bukan tanggung jawab sekolah sepenuhnya. Tetapi barangkali bisa dilakukan dengan menerapkan kedisiplinan yang lebih tinggi.
Orang tua yang tidak menghiraukan anaknya, apakah ia belajar atau tidak, berprestasi atau tidak yang penting ia kelihatan berangkat sekolah…..beres.
Ada satu lagi yang mempengaruhnya dan ini sangat kuat, yakni lingkungan. Ia bisa menjadi baik akibat pengaruh dari lingkungan, ia bisa jadi brandalan akbiat dari lingkungan. Tidak sedikit dari mereka yang jadi preman, geng, pemabuk, pencuri, pecandu, semuanya dari lingkungan yaitu lingkungan tempat ia bergaul.
Mari kita lihat dari faktor pemerintah: Ketika DIKNAS menerapkan Standar tinggi untuk kelulusan sementara pihak sekolah sangat yakin bahwa siswa-siswanya tidak memungkinkan untuk mencapai standar itu maka yang terjadi adalah pihak sekolah dengan mengerahkan berbagai cara- melalui guru-gurunya - membantu mengisi jawaban siswa.
Mengapa ini dilakukan sekolah? Dengan adanya target kelulusan dari DIKNAS maka mau atau tidak, pihak sekolah harus mampu meluluskan sisiwa-siswanya dengan target itu. Mungkin beberapa sekolah ada yang siap. Tapi kenyataannya masih ada yang belum siap.
Sekolah yang belum siap ini salah satu faktornya adalah karena ia sangat yakin siswa-siswanya, dengan alasan tetentu, tidak akan berhasil mencapai standar itu. Maka sekolah menjadi stress. Disatu sisi harus sesuai target, sementara dari sisi siswanya punya minat belajar menghawatirkan.
Lhoooo…..kok saya ngebahas ini yaaa
Ngak apa-apa kan…..?
Di awal bahasan saya ungkapkan “Tidak cukup untuk dijadikan jaminan bahwa orang yang berprestasi di sekolah atau di perguruan tinggi akan menuai sukses atau bisa menjadi orang kaya dibandingkan yang tidak berprestasi.”
Jika kita telusuri dari buku-buku seperti accelerated learning, Quantum Learning, Quantum Teaching, Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Otak Sejuta Gigabyte, Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan Pikiran, sekolah para juara dan buku-buku senada lainnya yang saya baca di toko buku, ternyata setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Mulai dari cara dia menerima informasi, menyerap dan mengolahnya serta tindakan yang ia lakukan dari responnya terhadap informasi itu.
Terus terang ilmu-ilmu itu sangat membantu saya pada saat saya mengajar di SD maupun SMK. Namun saya sekarang tidak ngajar lagi. Tapi ilmu-ilmu itu saya bagikan melalui beberapa pelatihan gratis yang saya berikan untuk siswa SMP dan SMA.
Saya tidak akan mengungkap satu persatu secara detail mengenai ini namun saya sedikit akan mengungkap bahwa setiap orang itu unik dan berbeda mengenai kecerdasannya.
Siswa yang memiliki nilai tinggi di sekolah bisa jadi ia cerdas secara intelektual. siswa yang pintar matematik bisa jadi ia cerdas berhitung. Matematis. Siswa yang pandai dalam berbicara dan mengarang/menulis bisa jadi ia cerdas secara linguistic, siswa yang pandai menggambar bisa jadi ia cerdas secara visual, Siswa yang berprestasi dalam olahraga bisa jadi ia cerdas secara kinestetis atau mekanis.
B.J Habibie ia orang yang sangat jenius dan mampu membuat kapal terbang. Ia cerdas secara intelektual. Maradona sangat jago mengutak-ngatik bola begitu pun Jordan dengan bola basketnya. Mereka cerdas secara kinestetik/gerak. Iwan Fals, Slank, Peterpan, Ungu, mereka jago bermain musik. Ia cerdas secara musikal.
Seorang siswa jago dalam matematik tapi belum tentu jago bergaul dan mencari teman dan sebaliknya. Seorang siswa jago dalam olah raga belum tentu jago dalam matemtik/intelektualnya dan sebaliknya. Maradona Jago bermain bola tapi belum tentu jago bermain musik sehebat Iwan Fals Slank, Peterpen dan ungu. Orang yang terlihat semangat dan senang memotivasi bisa jadi ia cerdas emosional.
Semua punya kelebihan masing-masing dan mempunyai kecerdasan yang lebih menonjol yang dominan satu dan lainnya. Namun semua kecerdasan bisa dikembangan melalui latihan.
Orang menjadi kaya kebanyakan hasil dari bisnis. Nah….bisnis ini menuntut banyak skill atau kemampuan, diantaranya adalah seni berkomunikasi dan negosiasi, pandai mencari relasi (pandai gaul), mampu mengelola semangat terus-menerus disepanjang jalannya untuk berhasil dalam bisnis, dan sebagainya. Dan ini tidak perlu kecerdasan intelektual yang tinggi.
Bahkan orang yang jongkok secara intelektual pun bisa meraih kekayaan jauh melampaui orang-orang yang berprestasi di sekolahnya.
Masih ingatkah bagaimana seorang bocah kecil bernama Edison yang sangat idiot sampai-sampai gurunya memulangkan dia karena tidak sanggup mengajarnya, karena saking bodohnya? Tapi ia menjadi tokoh sangat berpengaruh bagi manusia di dunia. Dapatkan artikel lengkapnya, klik rahasia suskes multi jutawan.
SIlahkan Ingat-ingat pula kisah dari Mark McCormack dalam bukunya What They Don’t Teach You at Harvard Business School. Ia menceritakan bahwa Ada dua orang sahabat yang bertemu di jalan setelah tidak saling bertemu selama 25 tahun.
Salah satunya, yang telah lulus dengan NILAI PALING TINGGI di kelasnya, kini bekerja sebagai asisten manajer cabang sebuah bank setempat.
Satunya lagi, yang dahulu TIDAK PERNAH MENGUNGGULI nilai teman-temannya yang lain, sudah memiliki sebuah perusahaan sendiri dan kini merupakan multi jutawan. Ketika temannya bertanya, apa rahasia suksesnya itu, “Saya mempunyai Produk satu ini yang saya beli dua dolar dan saya jual lima dolar”katanya.
Juga, ada seserang di daerah saya yang ketika SMP memiliki prestasi biasa-biasa saja, bahkan jarang mendapat rangking. Tetapi akhir-akhir ini ia lebih sukses dibanding teman-teman lainya yang saat itu berprestasi. Penghasilannya diatas RP.6 juta perbulan dengan waktu kerja yang leluasa. Sementara yang berprestasi sampai saat ini masih menjadi karyawan disebuah perusahaan dengan gaji dibawah Rp. 3 jutaan perbulan dan dengan waktu yang sangat ketat.
Penting: Silahkan berikan komentar atau masukkan Anda, atau sekedar ucapan terimakasih dibagian bawah postingan ini, saya akan sangat menghargai setiap komentar anda! Dan siapa tahu justru anda-lah yang bisa menginspirasi orang lain.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Silahkan Tinggalkan Komentarnya di Sini....!!!